Pirau Katup Semilunar Selamatkan Penderita Hidrosefalus - Pompa Holter pada sebelum tahun 80-an menjadi satu-satunya alat untuk menyelamatkan bayi-bayi penderita hidrosefalus. Namun pompa buatan Amerika itu sering bermasalah, karena kerap terjadi sumbatan pada aliran pompa setelah dipasang. Akibatnya, para pasien yang kebanyakan adalah bayi harus menjalani operasi ulang.
Setelah bertahun-tahun menekuni sistem kerja alat tersebut dr. Sudiharto, dokter spesialis bedah syaraf RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, menyempurnakan alat ini hingga tidak terjadi penyumbatan. Alat tersebut dinamakan Pirau Katup Semilunar.
"Saya terinspirasi dari jantung. Di organ itu terdapat katup yang mengalirkan darah masuk dan keluar dari jantung secara terus menerus. Tuhan menciptakan dengan sempurna. Di jantung itu ada katup semilunar setengah bulat. Itu yang buat kita bisa bertahan dalam sekian puluh tahun. Saya pikir, kenapa saya tidak buat desain seperti itu untuk katub pompa holter," kata dr.Sudiharto,di RSUP Dr. Sardjito.
Alat tersebut sejak ditemukan hingga saat ini setidaknya sudah terpasang pada sekitar 7.000 penderita hidrosefalus. Dari semua pasien yang dipasang alat ciptaannya, Sudiharto mengaku hanya sekali melakukan operasi ulang pada awal-awal pompa katup semilunar mulai digunakan.
Penyebabnya adalah setelah dipasang ternyata pertumbuhan bayi melebihi perkiraan panjang selang. "Waktu dipasang pasien masih kecil, seiring bertambah usia pasien makin tinggi hingga selang menjadi kuran panjang," jelasnya.
Pengalaman itu menjadikan Sudiharto semakin tahu panjang selang dari pompa yang hendak dipasang. Menurutnya, orang Indonesia memiliki tinggi badan 160-175 cm. Dengan demikian, ia harus memasang pompa berserta selang yang memiliki panjang 68-74 cm. Dari pengalaman, selang sepanjang itu cukup hingga pasien dewasa.
katub Semilunar Untuk Penderita Hidrosefalus |
"Sekarang average sambungan selang dari leher ke perut 65-70 cm. Hanya kadang-kadang anak-anak sekarang cenderung lebih tinggi. Jadi, kita pasang dengan panjang 74 cm," tuturnya.
Sudiharto menjelaskan, untuk pemasangan alat pompa pada awalnya kepala di bedah. Kemudian dibuat lubang kecil untuk memasukkan pompa di sekitar rongga otak. Dari rongga otak dipasang selang yang terhubung melalui leher hingga masuk ke rongga perut di luar usus.
"Kita masukkan di bawah kulit. Karena otak itu berdenyut sesuai dengan denyut jantung, katup ini membuka sesuai dengan denyutan jantung," katanya.
Di RSUP Dr. Sardjito, rata-rata setiap tahun 80 pasien dioperasi dan dipasang alat tersebut. Di rumah sakit lain, apabila dibutuhkan akan dikirim sesuai dengan permintaan. Harga alat pun relatif tidak mahal, berkisar Rp 1,5 juta hingga 2,5 juta.
"Dari pantauan terhadap pasien saya yang menggunakan alat itu, mereka dapat tumbuh dan berkembang hingga dewasa sebagaimana manusia lainnya dan dapat berkeluarga serta memiliki keturunan," tegasnya.
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment